Self-Improvement

Perlu Gak Sih Brand Ikut-ikutan Bikin Konten Gaya UGC?

1 month ago _ May 15, 2025

Kalau kamu sering buka TikTok atau Instagram akhir-akhir ini, pasti sadar: gaya konten brand udah berubah. Dulu tampil rapi, tone visualnya konsisten, caption-nya penuh insight. Sekarang? Banyak yang justru tampil ala-ala netizen biasa. Kesannya random, penuh typo sengaja, dan seolah-olah bukan iklan.

 

Inilah tren UGC (User Generated Content) yang sekarang lagi ramai. Tapi... semua brand emang harus ikut tren ini?

 

 

Daftar Isi:

  1. Apa Itu UGC?
  2. Kenapa UGC Bisa Lebih Menarik?
  3. UGC dan Personal Branding
  4. Resiko: Brand Bisa Kehilangan Identitas
  5. Solusi: Gabungkan UGC dengan Branding yang Konsisten
  6. Apakah Semua Brand Cocok dengan Gaya UGC?
  7. Jadi, Perlu Gak Ikut Tren UGC?

 

 


 

Apa Itu UGC?

 

UGC alias User Generated Content adalah konten yang dibuat oleh pengguna, bukan langsung dari brand. Contohnya: seseorang review produk kamu di TikTok tanpa diminta, atau posting unboxing di Instagram. Gaya kontennya natural, kadang lucu, relatable, dan gak berasa “jualan banget”.

 

Inilah yang bikin UGC sering dianggap lebih autentik dan dipercaya audiens. Bahkan, performanya bisa ngalahin konten brand resmi!

 


 

Kenapa UGC Bisa Lebih Menarik?

 

Konten dari pengguna biasanya terasa lebih jujur dan real. Penonton merasa, “Oh, ini bukan iklan.” Mereka lebih mudah percaya karena kontennya relatable.

 

Selain itu, pembuat kontennya (user biasa atau creator kecil) punya motivasi sendiri. Kalau kontennya viral, mereka dapat exposure, engagement, dan bisa dilirik brand.

 


 

UGC dan Personal Branding

 

Tren ini juga membuka peluang buat usaha kecil. Banyak pebisnis yang membangun personal branding lewat konten ala UGC, tanpa harus bikin akun brand yang "serius banget". Orang jadi beli bukan cuma karena produknya, tapi juga karena suka dengan kepribadian si pemilik bisnis.

 

Kalau kamu adalah brand yang masih dijalankan sendiri, gaya personal ini bisa sangat powerful—selama tetap terarah.

 


 

Resiko: Brand Bisa Kehilangan Identitas

 

Masalahnya, banyak brand besar atau brand yang sudah punya positioning kuat, ikut gaya UGC tanpa strategi. Hasilnya? Audiens bingung.

 

Brand yang biasanya dikenal elegan atau profesional, tiba-tiba ikut tren joget atau typo lucu-lucuan. Kalau gak dieksekusi dengan hati-hati, ini bisa merusak persepsi yang sudah dibangun bertahun-tahun.

 


 

Solusi: Gabungkan UGC dengan Branding yang Konsisten

 

1. Gunakan Guided UGC

Beri brief ringan ke user yang ingin bikin konten. Contoh: arahkan tone dan gaya kontennya tanpa membuatnya kaku. Hasilnya tetap organik, tapi gak lepas kendali.

 

2. Manfaatkan EGC (Employee Generated Content)

Konten dari karyawan bisa jadi jembatan. Gaya ngomongnya kasual, tapi tetap membawa “suara brand”. Misalnya, video behind-the-scenes, pengalaman kerja, atau daily vlog kantor.

 

3. Kerjasama dengan Micro/Nano Influencer

Pilih kreator yang tone-nya sesuai brand kamu. Mereka bisa menyampaikan pesan brand secara organik tanpa merusak citra.

 

4. Ciptakan Format Hybrid

Gabungkan konten UGC dengan konten resmi brand. Misalnya, 3 video dari kreator + 1 konten dari tim internal yang lebih polished.

 

5. Relevansi > Tren

Kalau tren gak relevan, gak usah dipaksakan. Fokus ke konten yang nyambung dengan value dan audiens kamu.

 


 

Apakah Semua Brand Cocok dengan Gaya UGC?

 

Jawabannya: tidak selalu. Cocok atau tidaknya tergantung banyak hal, misalnya:

  • Jenis Produk: F&B dan fashion lebih fleksibel dibanding B2B atau layanan profesional.

  • Model Bisnis: Brand D2C bisa lebih leluasa eksplorasi UGC, sementara B2B butuh pendekatan lebih terarah.

  • Target Market: Gen Z menyukai gaya UGC, tapi segmen dewasa atau korporat mungkin lebih cocok dengan pendekatan edukatif.

  • Platform Sosial: UGC di TikTok punya gaya berbeda dengan Instagram, YouTube, atau LinkedIn.

 


 

Jadi, Perlu Gak Ikut Tren UGC?

 

Perlu—kalau strateginya jelas. Jangan sekadar ikut-ikutan tren kalau akhirnya bikin brand kamu kehilangan suara.

 

UGC itu alat, bukan tujuan. Kuncinya adalah menyesuaikan gaya konten dengan identitas brand kamu, bukan mengorbankan semuanya demi FYP.

 

Adaptif itu penting, tapi tetap harus konsisten. Karena di tengah banjir konten hari ini, brand yang punya karakter dan suara yang kuat akan lebih mudah diingat.

 


 

FAQ

Apa itu konten gaya UGC?

UGC (User-Generated Content) adalah konten yang dibuat oleh pengguna atau pelanggan suatu brand. Gaya UGC mengacu pada format konten yang terlihat seperti buatan pengguna biasa, meskipun kadang dibuat oleh brand atau kreator profesional yang menirukan gayanya.

 

Kenapa konten UGC jadi tren di media sosial?

Karena UGC terlihat lebih natural, jujur, dan relatable. Audiens cenderung lebih percaya konten yang terlihat seperti testimoni atau pengalaman asli daripada iklan yang terlalu sempurna.

 

Apakah brand perlu ikut-ikutan bikin konten gaya UGC?

Tergantung. Kalau audiens kamu aktif di media sosial dan lebih suka konten yang ringan dan otentik, maka UGC-style bisa jadi strategi yang efektif. Tapi tetap harus relevan dengan karakter brand kamu.

 

Apa risikonya kalau brand asal ikut tren UGC?

Kalau dilakukan asal-asalan, brand bisa terlihat memaksa atau malah kehilangan identitasnya. Konten yang terlalu “berpura-pura jadi user” tanpa strategi bisa bikin audiens kehilangan kepercayaan.

 

Gimana cara bikin konten UGC-style yang tetap profesional?

Gunakan skrip atau format storytelling yang santai, tapi pastikan pesan brand tetap jelas. Kamu juga bisa kolaborasi dengan mikro-influencer atau content creator yang sudah terbiasa bikin konten otentik.

 

Related Posts
...
Self-Improvement • May 22, 2025

5 Jenis Video Produk Wajib Punya Untuk Boost Jualanmu

...
Self-Improvement • May 29, 2025

Kapan Usaha Kecil Perlu Bikin Website?